MUI: Keharmonisan di Tengah Keberagaman Bagian dari Muamalah

 Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Marsudi Syuhud/Net
Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Marsudi Syuhud/Net

Momentum Natal yang sedang dirayakan umat Nasrani perlu diimbangi dengan kolaborasi warga tanpa memandang agama. Sebagai umat beragama, masyarakat berjalan bersama dan melakukan sesuatu yang dibutuhkan bagi satu sama lain.


Demikian disampaikan Wakil Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Marsudi Syuhud dalam momentum perayaan Natal umat Nasrani di tengah mayoritas penduduk muslim di Indonesia.

“Muamalah adalah melakukan suatu usaha-usaha bersama demi kebaikan bersama yang tidak memandang sekat-sekat agama,” kata KH Marsudi dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (24/12).

Keberagaman seperti Indonesia, kata KH Marsudi, sudah dicontohkan Nabi Muhammad SAW yang hidup dalam berbangsa dan bernegara di Madinah. Nabi, hidup bersama umat beragama dari agama Islam, Majusi, Nasrani, dan Yahudi namun dapat sepakat hidup bersama.

Keberagaman itu pun sudah berlangsung lama di Tanah Air. Seperti contohnya keterlibatan Banser dalam pengamanan Natal. Hal ini dilakukan bukan karena situasi tidak aman, melainkan untuk ikut menjaga kehidupan bersama.

KH Marsudi juga menekankan pentingnya menjaga harmonisasi di tengah Natal dan tahun baru, termasuk tahun politik, yang terpenting adalah menjadi bangsa yang satu dan diikat oleh kebersamaan.

“Karena kita sudah menyatu dengan kesepakatan, maka dari sinilah kita mengikuti aturan yang ada. Kita bisa harmonis jika kita tertib. Kita bisa tertib, kalau kita semua ikuti aturan,” tutupnya.