Sekitar 700 ribu orang kehilangan pekerjaan di Afghanistan sejak Taliban mengambil alih negara itu pada Agustus 2021.
- Bom Bunuh Diri di Kementerian Luar Negeri Afghanistan, Puluhan Tewas
- Telepon Hamid Karzai, Menlu Retno Bahas Hak-hak Perempuan Afghanistan
- Pakistan Deportasi Tahanan Pengungsi Perempuan Ilegal ke Afghanistan
Baca Juga
Hal itu diungkapkan oleh laporan terbaru PBB, yang mengatakan bahwa sektor pertanian, layanan sipil, dan konstruksi yang paling terdampak.
“Kehilangan pekerjaan yang sangat besar, penutupan bisnis, dan keengganan investor asing untuk terlibat dalam ekonomi (negara) menimbulkan bencana telah berdampak bencana pada kehidupan jutaan warga Afghanistan," kata laporan itu, seperti dikutip dari Eurasia Review, Sabtu (11/3).
Laporan setebal 19 halaman yang mencakup perkembangan Afghanistan antara Juli dan Desember 2022 itu menyatakan, sekitar dua pertiga rumah tangga mengakui kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasar pangan dan nonpangan, dengan jutaan orang diperkirakan akan mengalami kerawanan pangan akut.
"Diperkirakan 18,9 juta orang mengalami kerawanan pangan akut. Jumlah yang diperkirakan akan meningkat menjadi 20 juta, dan lebih dari 90 persen warga Afghanistan menderita beberapa bentuk kerawanan pangan, dengan rumah tangga dan anak-anak terkena dampak secara tidak proporsional,” tambah laporan itu.
Menurut laporan tersebut, sejak Taliban berkuasa, kemunduran ekonomi Afghanistan yang signifikan semakin memperburuk krisis kemanusiaan di negara itu, karena banyaknya sanksi yang diberlakukan Amerika Serikat (AS), dan beberapa negara yang tidak mau mengakui pemerintahan yang tidak resmi itu.
- Terkena Jebakan Bom Rakitan, Tiga Anggota Penjaga Perdamaian PBB di Mali Tewas
- Kekurangan Dana, PBB Bakal Pangkas Anggaran Pengungsi Rohingya di Bangladesh
- Gempa Turki dan Suriah, PP Persis Desak PBB Gerak Cepat Beri Bantuan Kemanusiaan